Sabtu, 29 September 2012

Surat Al Kautsar dan Terjemahannya

0


Assalamu'alaikum wr.wb.
Kali ini saya akan memposting isi kandungan dari surat Al-Kautsar yang saya dapatkan dari buku karangan Aam Amiruddin dalam bukunya yang berjudul Tafsir Al Quran Kontemporer Juz Amma Jilid I: Al Kautsar, berikut terjemahan dan kandungan dari surat Al-Kautsarnya, semoga bermanfaat!!!

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ 

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ١
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ٢
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ ٣


Surat ke-108: 1-3 Ayat

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
  1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
  2. Maka dirikanlah solat karena Tuhanmu dan berkurbanlah
  3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ١
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak."

Sejumlah riwayat sahih menunjukkan bahwa kaum musyrikin Mekah, terutama para petingginya, sering mengejek Rasulullah saw. dengan tuduhan bahwa Islam itu agama orang-orang miskin karena pengikut Rasulullah kebanyakan kaum papa. Tuduhan lainnya, Islam tidak akan berkelanjutan karena Muhammad keturunannya mati. Ini diungkapkan kaum musyrikin ketika seorang putra Rasulullah saw. meninggal.

Allahswt. menghibur Nabi-Nya dengan menurunkan surat Al Kautsar. Secara bahasa, Al Kautsar berasal dari kata katsiir atau katsura yang berarti banyak. Jadi Al Kautsar artinya nikmat yang banyak, tidak terhingga.

Orang arab menamai sesuatu yang banyak bilangannya, tinggi nilainya, dan luas pengaruhnya dengan Al Kautsar. Bahkan tokoh masyarakat yang dinilai banyak jasa atau pengikutnya disebut juga dengan Al Kautsar.

Ada sejumlah pendapat yang dikemukakan para ahli tafsir mengenai makna Al Kautsar.

Tafsir pertama menyebutkan bahwa Al Kautsar bermakna sungai disurga. Makna ini dikemukakan berdasarkan penuturan Anas bin Malik r.a. yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabat, "Tahukah makna AL Kautsar?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Nabi menjelaskan, "Ia adalah sungai disurga yang dianugerahkan Allah kepadaku. Disana terdapat kebaikan yang banyak." (H.R. Ahmad dan Muslim).

Tafsir kedua menyatakan bahwa Al Kautsar bermakna keturunan Nabi Muhammad saw. Penafsiran ini merujuk pada latar belakang turunnya ayat ini. Menurut sejumlah riwayat, ketika putra Rasulullah saw. meninggal dunia, orang-orang musyrik, diantaranya Al Walid bin Mughirah, Al Wail bin 'Ash, dan Abu Jahl berkata, "Mampus, keturunan Muhammad habis!"

Allah swt. menghibur ejekan orang-orang musyrik dengan menurunkan ayat Inna a'thainaakal kautsar. Inilah yang menjadi alasan mengapa diantara ahli tafsir ada yang mengartikan Al Kautsar dengan Keturunan Nabi saw. yang banyak. Jadi, makna ayat ini menjadi "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al Kautsar (keturunan yang banyak)."

Tafsir ketiga dikemukakan Al Hilal yang menyebutkan bahwa Al Kautsar adalah ketauhidan. Sedangkan menurut Ikrimah adalah kenabian. Menurut Ja'far Ash-Shadiq, Al Kautsar adalah cahaya hati (petunjuk dan bimbingan yang benar dari Allah swt.).

Tafsir keempat menyebutkan bahwa Al Kautsar adalah segala macam kebaikan dan kenikmatan yang diterima Nabi saw. berupa keturunan yang saleh, surga, kenabian, ketauhidan, cahaya hati. Penafsiran ini merujuk pada pendapat Ibnu Abbas r.a. ketika ditanya, apakah arti Al Kautsar itu sebuah sungai di surga? Ibnu Abbas manjawab, "Itu adalah sebagian nikmat yang Allah janjikan kepada Nabi-Nya."


Jawaban itu menggambarkan bahwa pengertian Al Kautsar mencakup seluruh kenikmatan yang diberikan kepada Rasulullah saw. Sungai disurga hanyalah salah satunya. Berarti ia berpendapat bahwa seluruh anugerah yang Allah berikan kepada Nabi saw. berupa kenabian, hidayah, cahaya hati, semuanya bisa disebut Al-Kautsar.

Menurut Aam Amiruddin dalam bukunya yang berjudul Tafsir Al Quran Kontemporer Juz Amma Jilid I: Al Kautsar, pengertian terakhir ini lebih mewakili makna Al Kautsar. Karena, kalau ia hanya diartikan sungai disurga, keturunan, ketauhidan, kenabian, atau cahaya hati saja, secara tidak langsung telah membatasi anugerah Allah swt. yang sangat luas. Padahal, Al Kautsar merupakan mubalaghah (hiperbolik) dari kata katsiir dan bermakna sesuatu yang sangat banyak (tak terhingga). Karena itu, pendapat Ibn Abbas lebih logis untuk diterima. Tentu saja bukan bermaksud menafikan pendapat yang lainnya.

Pelajaran paling berharga dari ayat ini yaitu kita harus yakin bahwa anugerah paling berharga dari Allah bukanlah harta, kedudukan, keturunan, dan hal-hal lain yang bersifat material. Namun yang paling berharga adalah karunia Allah swt. yang bersifat spiritual, misalnya kita diberi kenikmatan untuk melaksanakan ajaran-ajaran-Nya, merasa nikmat dalam beribadah kepada-Nya, selalu dipayungi dengan hidayah dan keridhoan-Nya.

Pernyataan ini tidak bermaksud menafikan hal-hal yang bersifat material. Tentu saja harta halal yang banyak, keturunan yang saleh, kedudukan, jabatan, merupakan karunia Allah swt. Namun, itu semua menjadi kecil bila dibandingkan dengan karunia Allah swt. yang bersifat spiritual berupa hidayah dan rahmat-Nya.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ٢
"Maka dirikanlah solat karena Tuhanmu dan berkurbanlah."

Melalui ayat ini, Allah swt. memerintahkan kita untuk bersyukur kepada-Nya. Manifestasinya yaitu dengan menunjukkan keikhlasan kepada Allah swt. dalam beribadah (salah satunya melalui sholat) dan memafkahkan sebagian harta (salah satunya melaui kurban).

Beberapa murid Ibnu Abbas diantaranya mujahid memahami ayat ini sebagai perintah pelaksanaan shalat Idul Adha sebelum menyembelih kurban.

Para ahli fikh menegaskan behwa menyembelih kurban bagi orang-orang yang mampu hukumnya Sunah Muakkadah (sunah yang harus diprioritaskan untuk dikerjakan). Kesimpulannya ini merujuk pada keterangan berikut,

Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rasulullah saw. "Siapa yang mempunyai kemampuan berkurban, tetapi tidak mau melakukannya, maka janganlah ia mendekati tempat sholat kami." (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah, dan disahihkan oleh hakim).

Lakukanlah kurban dengan ikhlas, fokuskan hati hanya untuk mencari rido Allah.

"Katakanlah, sesungguhnya shalatku, nusuk-ku (ibadah dan sembelihan kurabnku), hidupku, dan matiku hanyalah (pengabdian) kepada Allah, Tuhan semesta alam." (Q.S. Al An'am 6: 162)


إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ ٣
"Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus."

Pada ayat pertama surat ini, Allah swt. menghibur Nabi saw. dan menyanggah ejekan kaum musyrikin dengan menegaskan bahwa beliau telah mendapat anugerah dan kenikmatan yang tak terbatas. Lalu, pada ayat kedua Allah swt. memerintahkan agar beliau mensyukuri nikmat-Nya. Pada ayat ketiga ini, Allah swt. kembali menegaskan bahwa orang-orang yang mengejeknya itulah yang akan terputus kebaikannya. 
"Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus."

Menurut Al Maraghi. kebencian yang dimaksud ayat ini yaitu kebencian yang tertuju pada ajaran-ajaran yang dibawa Nabi saw., dan bukan kebencian terhadap pribadinya. Sesungguhnya pribadi Rasulullah saw. merupakan pribadi yang sangat mengagumkan dimata kaum kafir. Buktinya, mereka menggelari Muhammad dengan Al-Amin (orang terpercaya). Hal ini diperkuat dengan kesaksian firman-Nya,
"......Mereka sebenarnya bukan mendustakanmu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah." (Q.S. Al-An'am 6 : 33). Wallahu A'alam.



Daftar Pustaka:

Amiruddin, Aam. 2004. Tafsir Al Quran Kontemporer Juz Amma Jilid I: Al Kautsar, Bandung: Khazanah Intelektual. 



luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com